Sabtu, 18 Maret 2017

"Bukan Aku yang Melakukan, tapi Perasaanku" (18.03.2017)

Kau tau bagian mana dari kehidupan yang selalu saja misterius? Kau tau sesuatu apa yang selalu membuat penasaran, cemas, bahagia, bahkan terisak tangisan? Kau tau apa itu sayang? Jawabannya perasaan. Siapapun yang pernah mengalami sakit tapi tidak berdarah, luka tapi tidak memar, akan senantiasa mengerti, begitu paham dengan kalimat rumitku ini.

-Brakkkkk!!
“Woi woi, jangan ngelamun dong kalo nyetir. Ini itu jalan neng. Lupain masalah rumah, biar orang lain gajadi korbannya. Untung aja gaada luka luka, gaada yang kenapa – napa”, seru seorang bapak yang melompat dari tempat duduk di pinggir jalan begitu vespa matic ku ini menabrak pengendara sepeda motor dari arah berlawanan. Ibu – ibu yang tengah dibantu berdiri itu, membuyarkan semua lamunanku dan tentu menambah satu lagi masalahku hari ini.

“Ma... maaf bu, pak. Saya.. saya tidak fokus. Biar saya ganti ya, Bu kerusakannya”
“Ah, tidak usah nak tidak apa apa, saya juga tidak ada yang luka. Lain kali hati hati ya sayang. Lebih baik kalau kamu ada masalah, kamu istirahat dulu, jangan berkendara dulu”, ibu itu membalas tawaranku yang sebenarnya basa basi karena aku tidak membawa cukup uang dengan sangat halus. Ibu itu amatsangat sabar. Oh Tuhan, terimakasih. “Iya bu, saya pulang saja setelah ini. Sekali lagi saya minta maaf ya, Bu. Benar ini tidak ada yang perlu diganti bu?”, aku bertanya sekali lagi, sekedar untuk sopan santun saja. “Ibu yakin tidak menerima sepeserpun bu? Sudah jelas adek ini yang salah lho”, seru bapak bapak yang menolong ibu itu. Ah, bapak ini ada ada saja. Dasar kompor.

“Alah, sudahlah, kasihan adek ini. Sudah dek, ibu tidak apa apa. Adek pergilah, sebelum tambah panjang urusannya”, lagi, ibu itu dengan sangat lembut menyentuh pundakku. Tak tertinggal, senyuman manisnya yang mengembang mengikuti. “Terimakasih ibu, terimakasih banyak”, aku menyalami tangan ibu itu dengan takzim, dan bergegas pergi dari tempat itu.
“Kau tau sayang, saat seumuranmu, mama belum kenal yang namanya sakit hati seperti ini. Cinta kita masih cinta monyet. Masih malu untuk mengatakan langsung. Jangankan mengatakan langsung, bahkan ketika bertemu orang yang mama suka saat makan di kantin, mama langsung bergegas kembali ke kelas, mama malu nak”, Mama tersenyum kepadaku yang tengah tidur di pangkuannya. Aku baru saja bercerita ke mama bahwa aku menabrak ibu ibu tadi pagi. Mama tidak marah. Mama hanya bertanya ada apa? Kenapa? Begitu saja. Mama tau seharian ini aku memang tidak fokus. Dalam hal apapun.

Ma, anakmu ini tidak bisa berfikir jernih hari ini. Entah sampai kapan. Mungkin sampai aku bertemu dengannya ma. Dia adalah moodku. Aku bisa badmood garagara mama membatalkan janji jalan jalan denganku. Tapi percayalah ma, badmood itu tidak akan mempengaruhi pikiranku. Tapi jika dia? Ah tidak usah ditanya. Rasa rasanya, sate ayam pinggir jalan kesukaanku tak lagi nafsu aku memakannya.

“Aku sudah lama tidak bertemu dengannya ma. Mama tau kan, weekendku sekarang di rumah terus. Harusnya aku bertemu dengannya hari ini, tapi lihatlah. Pak Tua itu menjengkelkan. Merusak semuanya, bahkan mood anak gadismu ini”, aku sedikit menunduk bercerita ke mama. Mama hanya tersenyum. Ah, mama selalu begitu, senyum berjuta makna. Tapi aku selalu saja tidak bisa mengartikannya.

“Clara, Sayang, segala sesuatu terjadi karena alasan. Ada sedih biar kamu tidak lupa dengan Sang Pencipta saat kamu bahagia. Ada saat kamu kecewa, biar kamu bisa lebih dewasa. Bahkan kematianpun beralasan sayang. Rencana Tuhan jauh lebih indah dari yang Hambanya pikirkan”
“Tapi, ma..”
“Jangan potong mama, mama tau bagaimana perasaanmu saat ini. Tapi menyalahkan pak Tua karena dia tidak bisa secepat montir lain membenahi motormu tidak akan menyelesaikan masalah. Papamu juga tidak mengerti kalau mobilnya hari ini tidak bisa dipakai. Mama mana tau kalau motormu bermasalah. Sudahlah sayang, yang kamu sesalkan tidak akan menghasilkan apapun. Percaya mama, ketika kamu menyesali sesuatu, apakah penyesalan itu akan mengembalikan semuanya kepadamu?” “Dia hanya pulang kan, dia tidak pergi sayang. Kamu jangan terlalu jauh memikirkan kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi. Kalau itu bisa memotivasimu, membuatmu berpikir positif, oke,lakukan. Tapi kalau sebaliknya, jangan. Itu hanya akan mengundang penyakit lain. Mama mengandungmu sembilan bulan, berharap kamu jadi anak yang ceria, cantik, baik, dan tentu bahagia sepanjang hidupnya. Tapi kalau seseorang membuatmu bersedih seperti ini dalam beberapa menit saja, mama hancur nak. Kamu tidak selemah itu. Ini hanya urusan perasaan. Memang begitu sifat perasaan. Misterius”, mama menatapku sendu, matanya dalam mengiris hatiku. Aku tidak bisa berkata, airmata ini menetes di pelukan mama. “Berjanjilah sayang, kamu tidak akan seperti ini lagi. Bisajadi besok, besok lusa, kalian akan bertemu. Pastilah secepatnya. Ketika Sang Pencipta berkehendak, tidak ada yang tidak mungkin sayang”. Aku hanya mengangguk, masih menangis di pelukan mama.


Aku ingin menelponnya. Chat WA ku hanya centang biru, tanda read. Lastseennya tertera disitu 9:09 PM, sedangkan sekarang 9:18 PM. Itu chat tadi siang, aku tau saat chatku mulai delivered-read, saat dia online tapi mengabaikan pesanku. Aku tau saat dia view story wa ku. Aku tau, karena itu fasilitas aplikasi whatsapp. Tapi satu yang aku tidak tau, alasan tidak ada chat balasan dari dia, dan alasan kenapa panggilan masuk dariku tidak ada respon sama sekali. Aku ingin menelponnya? Jangan percaya aku, aku sudah melakukannya, tapi hasilnya nihil. Mama benar, bicara tentang perasaan, selalu misterius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BIRTHDAY GIRL !!

  Halooo My GIRLLLL !! It’s been a long time since we met last time right? I know u miss me more than everything haha. You know dear, it...