I feel so little fucked up sometimes.
Dini hari, 1:10 AM tulisan ini dibuat. Aku mati rasa.
Comfortably numb. Merasa semuanya telah sia sia dan salah. Penyesalan saja
tiada berguna. Mencoba berubah? Pastinya. Tapi kadang memang keegoisan melebihi
segalanya, merusak semuanya. Tidak semuanya bisa difikir menurut pandangan kita
saja memang. Kalau masih seperti itu, egois namanya. Ndak konsisten, labil,
nyakitin mulu. Sumpah, manusia apa sampah sebenernya aku ini?
Bodoh.
Dari dulu kesalahanku selalu sama. Takut menyakiti orang
lain. Jadi apapun itu, aku selalu memilih kata yang menurutku bisa diterima
dengan baik. Benar memang, kelihatannya tepat. Tapi bodohnya tidak pernah
berfikir apa dampak dari kata kataku itu. Dan seringkali, itu lebih
menyakitkan.
Aku kecewa. Pada diriku sendiri. Selalu salah dalam menilai
orang. Bodoh tingkat apa ini?
Blog ini, kepuasan batinku. Karena hanya dengan Tuhan, dan
diriku sendiri aku bisa memahami apa yang aku rasakan. Meski kadang, aku pun
benci kepada diriku sendiri.
Aku tidak pernah menyalahkan masa lalu. Sama sekali tidak. Tapi,
aku terlalu takut masa lalu itu terulang kembali, atau lebih menyakitkan. Entahlah,
kadang memahami diriku sendiri aku juga terlalu keberatan.
Rasanya semuanya hilang. Aku tidak bisa percaya siapapun
sekarang. Rasanya sakit, tapi hambar. Sudahlah, aku menganggap mati rasa.
Sebenarnya, hidupku ini sudah berkecukupan. Aku bisa
sekolah, aku bisa maen, makan, everything I can do. But, selalu saja masih ada
yang kosong. Ya, aku tidak selalu bisa merasakan kebahagiaan didalamnya. Dan pekan
ini, ada satu yang benar benar ku sesali. Aku benar benar merasa tidak berguna
sekarang. Aku terlalu egois untuk tetap menyuruhnya mempertahankanku. Memang,
aku sangat menyayanginya. Dan biarlah, apapun dia menganggapnya, yang jelas
sedikitpun aku tidak ingin menduakannya. Memang, sempat terlintas di otakku
untuk menyukai orang lain. Karena apa? Karena hari itu memang pikiranku gelap
dan ditambah ada kabar dia selingkuh. Perempuan mana yang tidak berfikir
demikian? Aku yakin semuanya pasti berfikir demikian. Itu wajar menurutku. Yang
tidak wajar, ketika pikiran itu lalu di realisasikan dan mendualah ia akhirnya.
Itu kebangetan.
Aku benar benar down. Aku nggabisa mikir jernih. Aku tau dia
kecewa berat. Tapi tidak perlu bersumpah, aku sama sekali tidak serius dengan
kalimatku itu. kalimat “Aku takut merasa nyaman dengannya” “Aku takut
menyakitinya”. Sama sekali tidak ada perasaan apapun didalamnya. Memang bodoh
aku. Kembali ke pernyataanku diatas. Aku, takut menyakiti lawan bicaraku. Aku tau
dengan siapa aku bicara, dan selama ini hanya kalimat itu yang bisa mengalahkan
semua pendapatnya. Aku capek disalah salahin. Aku tau aku salah. Aku memang
masih merasa bersalah karena hubunganku dengannya memang sangat dekat. Dan dia,
yang menemaniku susah dan senang. Cukup sang mantan yang merasakan bajinganku. Cukup
aku yang bentrok dengan dia. Sahabatku, jangan. Tapi kesalahanku ada pada kata
kataku. Mulutku harimauku. Dimakan sudah aku.
Aku tidak bisa menyalahkan apapun, siapapun, bagaimanapun
aku terlibat banyak dalam urusan ini. Aku terlalu egois. Aku tidak bisa
intropeksi, aku selalu merasa paling benar. Aku menginginkan semua orang
mengerti aku, tanpa imbal balik. Banyak yang bilang, aku pintar. Iya, pintar
dalam urusan akademik. Kehidupan? Nol.
Aku tau yang sahabatku lihat, aku tersakiti, aku sering
nangis. Ya begini ini aku, gampang percaya sama orang. Dan sekali percaya, blak
blakan saja sudah. Tapi semua terlambat. Mereka hanya tau apa yang aku rasakan
beberapa minggu lalu. Seandaikata hari itu tidak ada, aku masih merasakan hal
yang sama. Bukan karena benar benar disakiti, namun karena pikiranku yang
terlalu lebai.
Aku ini lemah ternyata. Kebanyakan nangis. Curhat sana sini.
Umbar di sosmed. AH. BODOH.
Yang baru kusadari, dan bisa dibilang agak terlambat adalah
tentangnya. Perasaan. Yang selama ini mati matian kujaga, kandas karena kecerobohanku.
Sumpah, aku takut dia meninggalkanku sekarang. Tapi disisi lain, aku berharap
demikian. Agar dia tak lagi terbebani denganku. No. Aku tidak menginkan
perpisahan sekarang. Aku sedang memulai dari awal. Biar aku saja sudah. Aku tau
hati ini berkata apa. Sulit baginya memang. Seorang yang pernah kecewa tidak
akan mudah mengobati rasa marah di hatinya. Mudah kali memang memaafkan. Tapi kenangan
tetaplah kenangan. Kenangan ada untuk dikenang. Sekalipun tidak dikenang,
secara tiba tiba bisajadi ia terkenang sehingga sangat mustahil dilupakan.
Dari luar, memang ku akui, dia termasuk lelaki yang bisa
dibilang tidak lemah lembut. Dulu, aku berfikir dia kasar, dia egois, dia blab
la bla. Tapi setelah berargumentasi dengan diriku sendiri, aku sadar, memang
begitu dia sebenarnya. Itu hanya wataknya saja. Tidak semua orang bisa
disamakan. Dan itu benar.
Atas alasan, lelaki yang kasar akan selalu mempermainkan
wanita, aku mengiranya demikian. Tapi kembali lagi, tidak semua orang bisa
disamakan. At last, aku salah besar,
benar benar besar. Perkataannya yang selalu ku abaikan. Sarannya yang selalu
kusepelekan. Ah, malu aku.
Sudahlah. Aku memang tidak tau harus berbuat apa selain
mencoba untuk tetap konsisten. Berhenti menyalahkan keadaan karena memang ini
salahku. Dan sedikit demi sedikit belajar dewasa.
Aku ragu, pagi nanti aku harus chat apa ke dia. Selamat pagi
kah? Aku malu. Benar benar malu.
I LOVE YOU,
Sat, 22 July 2017
*Btw, 22 Mei 2016, awal kita mulai chatting lagi setelah
vakum lho, hehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar