Tengah malam, adalah waktu dimana alam rasanya bersatu
dengan suasana hati. Kau tau sayang? Memang aku selalu mengatakan “Aku sudah
melakukan yang terbaik semampuku”. Memang, begitulah kiranya. Aku selalu
berusaha menjadi apa yang kamu mau meskipun pada akhirnya, aku lah agi yang
menghancurkannya.
Menjadi seseorang yang baru itu sama sekali tidak ringan
bagiku. Kau tau lingkunganku, dan kuharap kau memang benar benar tau
kepribadianku. Amatsangat labil sekali. Itu kenapa aku kadang membenci diriku
sendiri. Satu kelemahanku yang memang dari dulu sudah kutau, dan mala mini terucap
olehmu : aku tidak bisa mengoreksi kesalahanku sendiri.
Sebenarnya aku sudah lelah. Hampir bisa dibilang putus asa.
Aku rasanya ingin menyerah. Kuharap Tuhan memaafkanku karena aku telah berfikir
aku tidak berguna. Tangisku tidak terlalu pecah malam ini. Lumayan lah kalau
dibandingkan sebelum sebelumnya. Tapi, penyesalan demi penyesalan luar biasa
berdatangan. Aku tidak menemukan diriku disini. Lalu dimana? Akankah kau masih
sudi menemaniku mencarinya?
Kau bilang aku sengaja melakukannya, kau bilang aku menyusun
semua skenarionya. Kau tau sayang? Bahkan berfikir tidak membalas chatmu saja
sama sekali tidak terlintas di otakku.
Hubungan kita baik baik saja, sampai seingatku bulan April
kemarin. Awalnya satu masalah, kemudian lagi lagi lagi dan lagi. Mungkin iya,
yang aku mau Young, Wild and Free. Tapi aku tau, aku sudah tidak bisa se free
itu lagi kan?!
Aku marah? Jelas. Tapi siapa yang mau disalahkan. Itu adalah
milikku, dan semuanya adalah tanggung jawabku. Aku tidak bisa begitu saja
memarahimu, memakimu. Tidak mungkin. Semua itu berlalu begitu saja. Dan sejak
hari itu, aku berjanji pada diriku bahwa aku akan mempertahankanmu bagaimanapun
itu.
Jauh sebelum aku mengenalmu, pergaulanku ya begini adanya. Model
pertemanan yang kukira biasa saja. Aku bukan orang independent seperti yang
kamu lakukan saat ini. Sama sekali bukan anti-social. Dan, ya. Aku memang lebih
terbuka kepada teman dekatku. Selama ini mereka yang mengerti tentangku. Aku
suka berbagi, aku suka bercerita. Dan beribu maaf karena kamu pernah
tersinggung dan menganggapku menjelek jelekan kamu. Sungguh, aku minta maaf.
Karena, aku butuh bercerita apa yang sedang aku rasakan. Itu akan membuatku
lega. Dan sungguh, aku bercerita apa adanya. Dan tidak ke semua orang. Kamu
bisa hitung berapa sahabat dekatku dan tidak semuanya kupercaya untuk berbagi
cerita.
Tidak tau lagi apa yang aku rasakan malam ini. Aku masih
belum mengerti kenapa kamu dulu mendekatiku, kenapa kamu dulu menyatakan rasa
itu padaku. Aku sudah menjadi yang lain sekarang. Terlalu berat untuk berkata ‘aku
ingin menjadi seperti dulu’. Itu amat jauh rasanya. Sedetik yang lalu saja
sudah tidak bisa ku ulangi. Lalu ini apa?
Aku sangat menyayangimu. Tanpa alasan. Ya, itu terjadi
secara tiba tiba. Itu kenapa aku juga terlalu sulit menemukan alasan untuk
meninggalkanmu sekarang. Kamu memang tidak sempurna, aku tau. Kamu juga bukan
idaman, aku mengerti. Sungguh. Tapi aku baru menyadari bahwa selama ini, dari
awal kita bertemu sampai hari ini aku belum menemukan alasan kenapa aku masih
bertahan. Banyak hal yang bisa dielak sebenarnya. Mendapat respon negative, cacian,
kompor, itu sudah menjadi makananku sehari hari.
Kadang aku terlalu berlarut menanggapi omongan itu, hingga
aku akhirnya agak mundur dibelakangmu. Lalu, ketika positive thinkingku
kembali, aku menguatkan hatiku lebih kuat lagi untuk mendekat kepadamu. Ya,
memang sebangsat itu aku.
Ah sudahlah, kata Pidi Baiq :
“Jadi, Sia-sia kata-kata.
Aku sedang setuju. Kita pernah senang. Harus lagi. Mari mulai."
Begini saja, aku tidak bisa berfkir jernih pagi ini.Semua
memori indah, masih tersimpan rapi disini. Aku tak mau lagi menyakitimu apapun
itu. Aku harap aku bisa mengkondisikan rasa rindu ini agar aku tidak ingin
bertemu denganmu lagi. Aku tau siapa aku. Harusnya tidak begitu.
Memang rumit, beginilah. Ya, memang wanita. Bisanya hanya
meneteskan air mata saja. itu bukan senjata, sayang. Tapi apa yang bisa kami
wanita perbuat lagi. Entahlah, aku kurang mengerti tentang sandiwara. Disini aku
berbicara tentang aku. Hanya itu, tidak lebih.
Aku selalu menyempatkan menyebut namamu disetiap doaku,
terutama setelah solat. Kau tau kenapa? Karena aku tau, Tuhan lebih berkuasa
dariku, jadi aku memintamu kepada yang menciptakan dirimu.
Sudahlah sayang, sebentar lagi subuh berkumandang, dan aku
harus memaksa mata ini terpejam.
Untukmu, dari jauh, aku merindu.
-
Ditulis dengan rasa strawberry dan coklat.
nt-style:italic'>
-
Ditulis dengan rasa strawberry dan coklat.
mily:
"Arial","sans-serif";mso-fareast-font-family:Arial;color:#333333'>-
Ditulis dengan rasa strawberry dan coklat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar