Jumat, 03 Januari 2020

04.01.2020


Tentang Perselingkuhan
Mari sejenak berbicara tentang pengkhianatan. Hal yang sangat menyakitkan yang selamanya akan terkenang. Hal yang mampu merubah cara pandang dan berfikir hingga sikap atau bahkan karakter yang kita punya. Lawan dari dasar cinta, setia. Hal terburuk yang terjadi dalam cerita cinta setiap insan.
Agaknya, kita sudah tidak terkejut lagi mendengar banyaknya perselingkuhan di rumah tangga. Seperti, memang sudah kodrat dan sudah sewajarnya. Mungkin demikian pula dengan kawula muda yang tengah merajut asmara, kasmaran istilahnya. Boleh jadi pasangan yang sangat dipercaya dan tidak diragukan lagi kesetiaannya, perlahan tertangkap pula busuknya. Hingga kemudian menggores luka. Baik di hati, maupun fisik secara medis.
Marah, kecewa, ekspresi yang pantas untuk masalah ini. Tapi bagaimana apabila hati masih menginginkan dirinya? Sedang ini bukan yang pertama. Kata maaf yang tidak dihirau, kesabaran yang ditepis, ditangkis dan dibiarkan berlalu. Layaknya, tiada arti bagi pengorbanan sakit hati yang begitu membekas bahkan sampai detik ini. Luka luka yang tumbuh subur karena ditabur. Rancangan rancangan indah masa depan yang tiada berguna. Rencana membangun kehidupan berdua, bersama tawa mesra anak anak, hanya omong kosong belaka. Ternyata, janji manis itu ada ya.
Kemudian, untuk yang kedua kalinya, trauma ini ada. Semakin berkembang, berbuah menjadi ketakutan yang luar biasa. Apa kabar jiwa raga? Kali ini tengah tidak percaya pada siapa siapa. Kemudian, terbisik lirih : ketika berharap pada manusia terlalu pedih, maka sejatinya hanya Tuhanlah tempatmu kembali.
Tidak ada yang mampu kuceritakan selain ketidakmampuanku menjalani ujian yang Kau beri, Tuhan. Sebatas hari ini aku berlatih menyembunyikan lara, kemudian tertawa bahagia seakan semuanya baik baik saja. Aku tengah mengusahakan hal yang terbaik untukku. Pun aku mencoba melupakan, tapi pikiranku menolak. Sudah terlalu terkoyak. Dengan waktu bersamaan yang sesingkat ini dari cerita panjang yang kulalui. Betapa aku sungguh tak berdaya.
Beberapa langkah setelah kucoba bangkit, ingatanku mendorongku terlalu kencang hingga aku terjungkal. Betapa aku meminta tolong kepadamu namun yang kau beri hanya sengatan sengatan tajam. Sorot matamu bertubi tubi menusukku seakan aku tidak mampu menjadi pribadi yang ‘seperti biasa’ dan tidak menghargaimu. Dalam hati aku terisak, berteriak, memaki. Agaknya, kau sama sekali tidak merasa bahwa aku yang sekarang adalah hasil dari alur cerita yang kau suguhkan. Alur cerita kita, kau tambahkan dia.
Sekali lagi, hatiku tetap menginginkanmu. Kuturuti mau hatiku. Semakin perih aku dibuatnya. Rasanya, ingin aku menghapus ingatan tentang permasalah yang hina ini. Aku muak dibuatnya. Betapa melelahkan rasanya. Yang kucinta, tak lagi mampu kupercaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BIRTHDAY GIRL !!

  Halooo My GIRLLLL !! It’s been a long time since we met last time right? I know u miss me more than everything haha. You know dear, it...