Sebelum masuk kedalam topik, sebelumnya perlu diketahui
bahwa tulisan ini dibuat oleh gadis yang baru beranjak “remaja”. Tahun depan,
baru akan memasuki usianya yang ke 19 tahun. Perkenalkan, saya sendiri. Bisa disebut,
F.
Cukup dipanggil F, saya hanyalah mahasiswa baru yang
beberapa bulan lalu mengikuti serangkaian kegiatan orientasi pengenalan
lingkungan kampus atau acap kali disebut OSPEK. Bagi saya, lebih condong ke
penekanan awal.
Langsung saja kepada topik. Saya berasal dari keluarga yang
lebih dari berkecukupan. Saya bersyukur akan hal itu. Seperti anak anak di usia
saya lainnya, saya pun juga memiliki tambatan hati yang usianya berbeda 5 tahun
dari saya. Tidak ketinggalan, pastinya saya juga memiliki lingkar pertemanan
yang berbeda beda di setiap tempat. Saya bukan anak yang aktif organisasi. Tetapi
saya pun tidak bisa dibilang introvert. Saya tidak menutup diri saya, dan tidak
terlalu berlebihan membuka diri saya kepada dunia.
Seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi semakin
mutakhir, makhluk social tanpa social pun bermunculan. Tulisan ini ditujukan
kepada siapapun yang merasa waktu dan ruang geraknya tersita oleh satu benda
bernama gadget. Saya berbicara lingkup luas. Tidak menyindir siapapun, tidak
menghujat siapapun. Seperti tujuan sebelumnya, saya berharap dari tulisan ini, akan
ada satu dua manusia yang tergugah hatinya untuk berbenah diri dan menyikapi
apa yang terjadi dengan semestinya, selayaknya peranan yang mereka emban.
Besar di lingkungan desa, membuat saya menjadi pribadi yang
ramah dan periang. Saya mengenal baik tetangga saya dan lingkungan tempat saya
tinggal. Mereka begitu memegang teguh etika bertetangga. Di lain waktu, saya
setuju dengan hal yang mereka genggam. Namun, ada kalanya saya merasa,
amandemen aturan menyesuaikan perkembangan zaman itu perlu. Disinilah awal saya
akan membahas satu demi satu hal yang mungkin secara tidak langsung, dialami
kebanyakan orangtua dan remaja.
Bagi beberapa orangtua, khususnya para orangtua yang menikah
sebelum tahun 2000 atau bahkan tepat di tahun itu, masih ada yang menjunjung
tinggi aturan keluarga mereka, sesepuh, atau bahkan nenek moyang. Menurut saya,
baik saja, tergantung pada konteks apa.
Sebagai contoh, saya ambil hal yang saya alami. Yaitu,
tentang curhat. Dari kecil, saya tidak terbiasa bercengkrama ringan dengan
kedua orangtua saya. Ya, mereka berdua adalah penggiat kerja yang ulung. Saya tidak
menyalahkan hal baik yang mereka lakukan demi anak anak mereka, termasuk saya. Saya
hanya menyayangkan, kenapa saya tidak pernah membuat obrolan hangat barang
sekata dua kata. Jadilah saya sekarang canggung untuk bertanya pendapat atau
sekedar menceritakan apa yang saya alami. Terlebih, menceritakan pria yang
sedang dekat saya atau semcamnya.
Pemikiran tidak baik yang sudah terbentuk sejak kecil membuat
saya tumbuh menjadi pribadi yang sedikit berbeda antara dirumah dan diluar
rumah. Saya yang tidak memulai percakapan, serta orangtua saya yang pun tidak
menanyakan kabar. Saya pun menjadi kian terbiasa terhadap hal hal dingin
seperti itu.
Sampai di suatu waktu, saya sering berkunjung ke rumah teman
saya. Saya merasakan ada perbedaan. Perbedaan yang signifikan antara hubungan
anak dan orangtua yang saya rasakan dan yang saya perhatikan saat di rumah teman.
Saya merasa, terkejut, bingung, heran. Bertanya saya didalam hati, apa memang
seharusnya keluarga sedekat ini?
Pertanyaan pertanyaan simple yang saya pun tidak mampu untuk
mencari tahu lebih lanjut. Di usia saya sekarang, saya sudah mampu menafsirkan
sebab akibat yang saya alami saat ini. Tetapi lebih dari itu, saya pun ingin
setidaknya berbagi pengalaman, ilmu baik dalam hubungan manusia dan manusia.
Pertama, apabila anda adalah orangtua, maka yang perlu anda
lakukan adalah bagaimana menjadi teman dalam hal apapun bagi putra putri anda. Jadilah
teman dekat yang dapat dipercaya oleh mereka untuk berbagi kisah. Poin pentingnya, jangan sesekali
memotong pembicaraan mereka dengan penolakan. Karena akibatnya, akan sangat
tidak baik untuk kisah selanjutnya.
Kedua, apabila anda adalah anak anak yang mampu mencerna
kalimat demi kalimat yang saya tuturkan, saya curiga, apakah anda semua ada di
pihak yang sama dengan saya. Jika iya, sebenarnya anda sudah tau apa yang harus
dirubah.
Ketiga, apabila anda sudah berusia remaja, sudah cukup umur
untuk setidaknya mendapatkan Kartu Identitas, maka wajib hukumnya bagi anda
untuk menjalin hubungan baik antar anak dan orangtua, selagi semuanya kondusif,
anda akan baik baik saja. Berbahagia tentunya.
Untuk semuanya, biasakan menceritakan bahkan hal tidak
penting hanya untuk obrolan semu di tengah keluarga. Nantinya, kebiasaan
kebiasaan seperti itu akan berdampak luar biasa hebat. Tidak akan ada namanya
kebohongan diantara keluarga. Semuanya terbuka, semuanya saling tahu.
Open minded sangat diperlukan dalam hal ini. Peranan orangtua
sangatlah berpengaruh terhadap pola pikir putra putrinya. Berprinsiplah, dan
jangan egois. Ingatlah bahwa baik anak – orangtua dan orangtua – anak adalah
simbiosis mutlak yang tidak akan terelakkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar