Sabtu, 30 November 2019

Dari Sudut Pandang Saya : Peranan Orang Tua dan Remaja dalam Berbagi Kisah



Sebelum masuk kedalam topik, sebelumnya perlu diketahui bahwa tulisan ini dibuat oleh gadis yang baru beranjak “remaja”. Tahun depan, baru akan memasuki usianya yang ke 19 tahun. Perkenalkan, saya sendiri. Bisa disebut, F.

Cukup dipanggil F, saya hanyalah mahasiswa baru yang beberapa bulan lalu mengikuti serangkaian kegiatan orientasi pengenalan lingkungan kampus atau acap kali disebut OSPEK. Bagi saya, lebih condong ke penekanan awal.

Langsung saja kepada topik. Saya berasal dari keluarga yang lebih dari berkecukupan. Saya bersyukur akan hal itu. Seperti anak anak di usia saya lainnya, saya pun juga memiliki tambatan hati yang usianya berbeda 5 tahun dari saya. Tidak ketinggalan, pastinya saya juga memiliki lingkar pertemanan yang berbeda beda di setiap tempat. Saya bukan anak yang aktif organisasi. Tetapi saya pun tidak bisa dibilang introvert. Saya tidak menutup diri saya, dan tidak terlalu berlebihan membuka diri saya kepada dunia.

Seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi semakin mutakhir, makhluk social tanpa social pun bermunculan. Tulisan ini ditujukan kepada siapapun yang merasa waktu dan ruang geraknya tersita oleh satu benda bernama gadget. Saya berbicara lingkup luas. Tidak menyindir siapapun, tidak menghujat siapapun. Seperti tujuan sebelumnya, saya berharap dari tulisan ini, akan ada satu dua manusia yang tergugah hatinya untuk berbenah diri dan menyikapi apa yang terjadi dengan semestinya, selayaknya peranan yang mereka emban.

Besar di lingkungan desa, membuat saya menjadi pribadi yang ramah dan periang. Saya mengenal baik tetangga saya dan lingkungan tempat saya tinggal. Mereka begitu memegang teguh etika bertetangga. Di lain waktu, saya setuju dengan hal yang mereka genggam. Namun, ada kalanya saya merasa, amandemen aturan menyesuaikan perkembangan zaman itu perlu. Disinilah awal saya akan membahas satu demi satu hal yang mungkin secara tidak langsung, dialami kebanyakan orangtua dan remaja.

Bagi beberapa orangtua, khususnya para orangtua yang menikah sebelum tahun 2000 atau bahkan tepat di tahun itu, masih ada yang menjunjung tinggi aturan keluarga mereka, sesepuh, atau bahkan nenek moyang. Menurut saya, baik saja, tergantung pada konteks apa.

Sebagai contoh, saya ambil hal yang saya alami. Yaitu, tentang curhat. Dari kecil, saya tidak terbiasa bercengkrama ringan dengan kedua orangtua saya. Ya, mereka berdua adalah penggiat kerja yang ulung. Saya tidak menyalahkan hal baik yang mereka lakukan demi anak anak mereka, termasuk saya. Saya hanya menyayangkan, kenapa saya tidak pernah membuat obrolan hangat barang sekata dua kata. Jadilah saya sekarang canggung untuk bertanya pendapat atau sekedar menceritakan apa yang saya alami. Terlebih, menceritakan pria yang sedang dekat saya atau semcamnya.
Pemikiran tidak baik yang sudah terbentuk sejak kecil membuat saya tumbuh menjadi pribadi yang sedikit berbeda antara dirumah dan diluar rumah. Saya yang tidak memulai percakapan, serta orangtua saya yang pun tidak menanyakan kabar. Saya pun menjadi kian terbiasa terhadap hal hal dingin seperti itu.

Sampai di suatu waktu, saya sering berkunjung ke rumah teman saya. Saya merasakan ada perbedaan. Perbedaan yang signifikan antara hubungan anak dan orangtua yang saya rasakan dan yang saya perhatikan saat di rumah teman. Saya merasa, terkejut, bingung, heran. Bertanya saya didalam hati, apa memang seharusnya keluarga sedekat ini?

Pertanyaan pertanyaan simple yang saya pun tidak mampu untuk mencari tahu lebih lanjut. Di usia saya sekarang, saya sudah mampu menafsirkan sebab akibat yang saya alami saat ini. Tetapi lebih dari itu, saya pun ingin setidaknya berbagi pengalaman, ilmu baik dalam hubungan manusia dan manusia.

Pertama, apabila anda adalah orangtua, maka yang perlu anda lakukan adalah bagaimana menjadi teman dalam hal apapun bagi putra putri anda. Jadilah teman dekat yang dapat dipercaya oleh mereka untuk berbagi  kisah. Poin pentingnya, jangan sesekali memotong pembicaraan mereka dengan penolakan. Karena akibatnya, akan sangat tidak baik untuk kisah selanjutnya.
Kedua, apabila anda adalah anak anak yang mampu mencerna kalimat demi kalimat yang saya tuturkan, saya curiga, apakah anda semua ada di pihak yang sama dengan saya. Jika iya, sebenarnya anda sudah tau apa yang harus dirubah.

Ketiga, apabila anda sudah berusia remaja, sudah cukup umur untuk setidaknya mendapatkan Kartu Identitas, maka wajib hukumnya bagi anda untuk menjalin hubungan baik antar anak dan orangtua, selagi semuanya kondusif, anda akan baik baik saja. Berbahagia tentunya.

Untuk semuanya, biasakan menceritakan bahkan hal tidak penting hanya untuk obrolan semu di tengah keluarga. Nantinya, kebiasaan kebiasaan seperti itu akan berdampak luar biasa hebat. Tidak akan ada namanya kebohongan diantara keluarga. Semuanya terbuka, semuanya saling tahu.
Open minded sangat diperlukan dalam hal ini. Peranan orangtua sangatlah berpengaruh terhadap pola pikir putra putrinya. Berprinsiplah, dan jangan egois. Ingatlah bahwa baik anak – orangtua dan orangtua – anak adalah simbiosis mutlak yang tidak akan terelakkan.


BIRTHDAY GIRL !!

  Halooo My GIRLLLL !! It’s been a long time since we met last time right? I know u miss me more than everything haha. You know dear, it...